SUMATERA PURBA

SUMATERA PURBA - Hallo sahabat Hitam Putih, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul SUMATERA PURBA, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel peradaban purba, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : SUMATERA PURBA
link : SUMATERA PURBA

Baca juga


SUMATERA PURBA




Pulau Sumatera sekarang

Sumatera sekarang adalah nama sebuah pulau yang terletak di Indonesia bagian barat, dengan luas 473.481 km². Sumatera ini dikenal pula dengan nama lain yaitu pulau Percha, pulau Andalas dan Swarna Dwipa atau Swarnna Bhumi, dalam naskah-naskah kuno India sebelum masehi dan kitab Jataka, Sumatera di sebut dengan nama Swarna Bhumi yang artinya Tanah Emas.

Kenapa bisa disebut Swarna Bhumi atau Tanah Emas? Ini akan menjadi hal yang sangat menarik, dalam tulisan di bagian satu yang menjelaskan tentang gunung semeru yang menjadi tempat bersemayamnya Maha Dewa, di bagian kedua tersebut, penulis singgung sedikit cerita tentang Raja Rahwana, di bagian tiga ini akan kita bahas kisah Raja Rahwana dengan Istananya yang terbuat dari emas.

Sejarah Sumatera sejauh ini yang di ketahui miliki kerajaan paling tua adalah kerajaan Kandis yang di perkirakan berdiri satu tahun sebelum masehi, itupun tidak banyak data yang bisa diambil dari berdirinya kerajaan Kandis ini, Padahal jauh sebelum kerajaan Kandis, tepatnya di tahun 1.515.100 sebelum masehi, sudah berdiri kerajaan terbesar dan termegah sepanjang masa, bahkan konon penduduk yang paling miskin saja kendaraannya terbuat dari emas, semua istananya terbuat dari emas, kerajaan itu bernama kerajaan Alengka, Raja pertamanya adalah Kubera anak dari resi Wisrama, Kubera memang dari bangsa Asura tapi Kubera tidak memiliki sifat jahat, sehingga Kubera juga di angkat menjadi Dewa kekayaan, sifat tidak serakahnya itu jugalah yang menyebabkan Kubera menyerahkan tahta kerajaan Alengka pada Rahwana saudara tirinya.

Raja Rahwana sendiri yang kemudian akhirnya menjadi pemuja setia Maha Dewa, memiliki banyak sekali karya puji-pujian dan tari-tarian yang dipersembahkan untuk Maha Dewa, salah satunya adalah tarian “Siwa Tandawa Sutra” karena kesetiaan Rahwana itu, Maha Dewa menganugerahkan Chandrahasa, sebuah senjata yang berbentuk pedang yang dapat membelah benda apapun.
Pada zaman yang sama Dewa Wisnu harus menjalani kutukan dari Wrinda Dewi istri dari Jalandar, Jalandar sendiri adalah manifestasi dari kemarahan Maha Dewa, kehebatan Jalandar sama seperti Maha Dewa, sehingga Jalandar mampu mengalahkan para Dewa, khususnya Dewa Indra yang memang sering kali berbuat kesalahan dan kesombongan.

Kisah ini di mulia ketika Dewa Indra dengan sombongnya mengatakan dialah penguasa satu-satunya dunia ini, Dewi Pratiwi bergetar menahan marah mendengar kesombongan Dewa Indra, hal itu memicu terjadinya gempa, Dewa Indra yang saat itu sedang berkeliling dengan istrinya terjatuh dari kendaraannya akibat guncangan gempa itu, akhirnya Dewa Indra sangat marah dan melemparkan senjatanya ke gunung Semeru, malangnya saat itu Maha Dewa sedang bertapa di situ, lemparan senjata itu membuat Maha Dewa marah, dan ingin membunuh Dewa Indra, para Dewa lain yang tahu kejadian itu turut memohon ampun pada Maha Dewa, akhirnya Maha Dewa melepaskan api kemarahannya ke arah samudera, kemudian api yang besar itu berubah wujud menjadi seorang bayi yang kemudian diberi nama Jalandar.

Jalandar kecil tumbuh hingga dewasa, menjadi orang yang sangat sakti mandra guna, kemudian Jalandar menikah dengan Wrinda Dewi seorang pemuja Dewa Wisnu, kehidupan mereka awalnya baik-baik saja sampai akhirnya datanglah Rahu dan para guru raksasa, mereka menghasut Jalandar dengan mengatakan, bahwa ayah Jalandar dulunya di bunuh oleh para Dewa, mendengar itu Jalandar murka dan memutuskan untuk berperang dengan para Dewa, Rahu tahu bahwa yang bisa menandingi para Dewa saat itu hanyanya Jalandar.

Jalandar segera menyerang para Dewa, Dewa Indra dan kelompoknya lari tunggang langgang, kemudian memohon bantuan pada Maha Dewa, Wrinda Dewi sebenarnya sudah melarang Jalandar untuk pergi berperang, karna dia takut suaminya terbunuh dalam perang, tapi tekad Jalandar untuk membalas dendam terlalu kuat sehingga Wrinda Dewi tak mampu membujuknya, selama Jalandar pergi berperang dengan para Dewa, Wrinda Dewi sebagai istri terus mendoakan berharap pada Dewa Wisnu agar melindungi Jalandar, pertarungan sengit pun masih berlangsung, saat itu Maha Dewa sudah turun tangan, tetapi Maha Dewa pun kewalahan menghadapi Jalandar, selain karena kehebatan Jalandar yang merupakan manifestasi dari Maha Dewa sendiri, kekuatan Jalandar menjadi berlipat ganda karna doa-doa istrinya yang memohon berkah pada Dewa Wisnu agara suaminya menang dalam perang, Dewa Wisnu yang takut Maha Dewa akan kalah, ingin turut membantu, tetapi Dewa Wisnu tidak bisa turut membantu bertarung langsung dengan Jalandar, karena istri Jalandar yang tiada hentinya berdoa kepadanya agar Jalandar menang dalam peperangan, akhirnya Dewa Wisnu membuat trik licik dengan menyamar sebagai Jalandar, dan kemudian mendatangi Wrinda Dewi, ketika Jalandar palsu tiba di pintu rumah, Wrinda Dewi mengira suaminya pulang, Wrinda Dewi sangat senang sekali, sehingga dia menghentikan doanya, dan menyambut Jalandar palsu.

Di saat doa itu berhenti, berkurang jugalah kehebatan Jalandar yang akhirnya Maha Dewa mampu mengalahkan Jalandar, Saat Jalandar terbunuh sebagian raksasa pergi kerumah Wrinda Dewi untuk mengabarkan bahwa Jalandar telah terbunuh, mendengar berita itu Wrinda Dewi seperti tersambar petir, karena dia merasa suaminya Jalandar sudah pulang dan sedang berada di peraduan dengannya, dalam hatinya berkata “jika Jalandar mati terbunuh, lalu siapa yang tidur dengan ku tadi”, kemudian Jalandar palsu berubah menjadi Dewa Wisnu, saat itu Wrinda Dewi yang merasa ternoda, hatinya sangat sedih karena di pisahkan dengan orang yang dicintainya, dengan amarah Wrinda Dewi mengeluarkan kutukannya pada Dewa Wisnu, bahwa dikemudian hari Dewa Wisnu akan terlahir kembali, dan akan merasakan derita dipisahkan dengan pasangannya seperti yang Wrinda Dewi rasakan, setelah itu Wrinda Dewi memilih bunuh diri dengan membakar dirinya dalam api, dari kisah itulah kemudian Dewa Wisnu harus terlahir kembali untuk memenuhi kutukan Wrinda Dewi, Dewa Wisnu terlahir kembali sebagai Shri Rama yang harus kehilangan Dewi Sinta. 

Shri Rama terlahir dalam keluarga Dasarata, dia memiliki adik pertama bernama pangeran Bharata adik keduanya pangeran Laksmana serta adik ketiganya pangeran Satrughna, Shri Rama mempersunting Dewi Sinta karena berhasil memenangkan sayembara yang di buat Prabu Janaka, selanjutnya Shri Rama harus hidup di hutan bersama istrinya Sinta ditemani adik keduanya Laksmana, kehidupan Rama di hutan itu atas permintaan Ratu Kekayi istri kedua Raja Dasarata, Ratu Kekayi atas hasutan pembantunya menginginkan anaknya lah yang menjadi Raja pengganti Dasarata, anak dari Ratu Kekayi itu adalah pangeran Bharata, setelah mengetahui keinginan ibunya tersebut, pangeran Bharata bukannya menerima apa yang di inginkan ibunya itu, pangeran Bharata malah menolak keinginan ibunya dan mencari Shri Rama, setelah berhasil menemukan kakaknya Shri Rama, pangeran Bharata menjelaskan keinginannya agar Shri Rama kembali ke istana dan menjadi Raja menggantikan ayahnya Raja Dasarata, tetapi Shri Rama menolak untuk menggantikan posisi ayahnya menjadi Raja, Akhirnya pangeran Bharata kembali untuk menjadi Raja menggantikan kakaknya Shri Rama.

Singkat cerita waktu itu Raja Rahwana yang sedang berduaan di taman bersama Mandodari istrinya mendapat laporan dari adiknya Surpanaka bahwa dia telah di aniaya oleh Shri Rama dan pangeran Laskmana, surpanaka dalam laporannya tidak menjelaskan kenapa dia sampai dianiaya oleh pangeran Lakmana, Surpanaka hanya bercerita bahwa dia dihajar oleh Shri Rama dan pangeran Laksmana, sehingga Raja Rahwana menjadi sangat marah dan berniat balas dendam kepada Shri Rama, kemudian Raja Rahwana berangkat mencari Shri Rama, setelah bertemu, bukannya menyerang Shri Rama, ternyata Raja Rahwana juga kepincut dengan kecantikan Dewi Sinta, sama seperti adiknya Surpanaka yang lebih dulu kepincut oleh Dewi Sinta, Akhirnya diculiklah Dewi Sinta oleh Raja Rahwana, Jatayu yang merupakan Raja para burung mengetahui penculikan itu, lalu Jatayu berniat menolong Dewi Sinta, kemudian Jatayu bertarung dengan Raja Rahwana, dengan kesaktian yang tidak berimbang akhirnya Jatayu kalah.


Lukisan Rahwana yang sedang berperang dengan Jatayu karya Raja Ravi Varma.

Sebenarnya Raja Rahwana sendiri semenjak menjadi pemuja Maha Dewa, menjadi Raja yang adil dan sangat di hormati rakyatnya, sifat raksasa yang dulu dominan di miliki Raja Rahwana berubah menjadi sifat yang baik, hal ini dibuktikan ketika menculik Dewi Sinta, Raja Rahwana tidak memaksa Dewi Sinta untuk mau menjadi istrinya, padahal jika mau Raja Rahwana bisa saja memperkosa Dewi Sinta, tapi hal itu tidak pernah di lakukan oleh Raja Rahwana.

Shri Rama dan pangeran Laksmana yang kebingungan dengan hilangnya Dewi Sinta, kemudian mencari kesana kemari dan akhirnya bertemulah dengan Jatayu yang sedang terluka, Jatayu memberi tahu Shri Rama bahwa Dewi Sinta di culik oleh Raja Rahwana dan di bawah ke keRajaan Alengka, kemudian Shri Rama dan pangeran Laksmana berusaha mengejar Raja Rahwana, dalam perjalanan pengejaran Raja Rahwana itu, Shri Rama bertemu dengan Sugriwa, kemudian Shri Rama membantu Sugriwa merebut kekuasaan kerajaan Kiskenda dari tangan Subali, setelah Sugriwa resmi menjadi Raja wanara di Kiskenda, Sugriwa menawarkan batuan pada Shri Rama untuk mencari dimanakah letak kerajaan Alengka berada, kemudian Sugriwa mengutus keponakannya, Shri Hanuman untuk mencari keseluruh penjuru bumi, akhirnya di temukan bahwa kerajaan Alengka ada diseberang samudera, Sugriwa lalu menawarkan bantuan untuk membangun sebuah jembatan yang melintasi samudera, Sugriwa juga mengutus keponakannya Shri Hanuman sekali lagi untuk memata-matai kerjaan Alengka, dikisahkan dengan sekali loncatan Hanuman mampu menyebrangi samudera.
Shri Rama menerima tawaran dari Sugriwa dan Shri Hanuman, Kemudian Shri Hanuman meloncat dari tepi pantai, saat Shri Hanuman meloncat, ditengah samudera tiba-tiba muncul sebuah pulau baru, yang sekarang pulau itu dikenal dengan nama Sri Langkah.

Jembatan yang di bangun Sugriwa dan ribuan pasukan keranya itu melintasi Sri langkah dan terus ketimur menuju kerajaan Alengka, jembatan itu sekarang lebih dikenal dengan nama Rama Brige, melewati Sri langkah jembatan itu terus di bangun ke arah timur hingga sampailah di pantai Sumatera. 


Penampakan Rama Bridge
Tampak india dan sri langka di hubungkan sebuah jembatan


Jika di tarik garis lurus dari India melewati Srilangka, maka akan berhenti di Sumatera

Kerajaan Alengka milik Raja Rahwana yang dalam kitab diceritakan terbuat dari emas, ternyata berada di Sumatera, itulah sebabnya kenapa dulu Sumatera di sebut dengan sebutan Swarna Dwipa atau Tanah Emas.

Suatu hari seorang teman arkeolog dari ITB mencoba berangkat ke Sumatera untuk meneliti keberadaan kerajaan Kandis, bukan bukti arkeolog yang di dapat, tetapi pengalaman pindah dimensi seperti yang pernah penulis alami, ketika itu dia berada di kawasan hutan Desa Pasir Putih di Riau, dengan antusias teman tersebut bercerita kepada penulis bahwa di dimensi lain, dia dibawa ke sebuah kerajaan yang sangat megah, istananya terbuat dari emas, pilar-pilarnya besar dan terbuat dari logam emas, dia mengatakan bangunan itu persis dengan cerita Atlantis yang pernah dia baca, mendengar cerita itu penulis hanya tersenyum saja, sebab penulis juga pernah mengalami hal yang sama.

Hilangnya peradaban purba Sumatera
Mungkin sekarang sudah sangat sulit untuk mencari bukti arkeologi tentang kerajaan Alengka yang berdiri di tahun 1.515.100 sebelum masehi, sebab 717.122 tahun setelah itu gunung Toba meletus begitu hebatnya yang meninggalkan kaldera danau toba yang begitu besar tepatnya di tahun 797.988 sebelum masehi, kemudian meletus lagi di tahun 487.589 sebelum masehi, dan letusan terakhir yang terjadi sampai saat ini di tahun 61.558 sebelum masehi pada zaman Dwapara Yuga tercatat Gunung Toba meletus sebanyak tiga kali, dan hingga kini gunung Toba tidak pernah lagi meletus.


Letusan ketiga gunung Toba yang begitu dasyat memicu terjadinya zaman es, karena pada waktu letusan ketiga itu, abu vulkanik mencapai atmosfir, sehingga matahari tertutup abu vulkanik hingga bertahun-tahun, menurut hasil penelitian, sinar matahari tidak mencapai bumi 10 tahun lamanya, yang menyebabkan kegelapan yang cukup lama dan menurunnya suhu bumi secara drastis, sehingga sebagian besar bumi membeku, gunung Toba sendiri merupakan gunung tertinggi pada masa Nusantara purba dengan ketinggian mencapai 11.768 meter di atas air laut (mdpl).

Letusan Toba yang terakhir yang dikenal sebagai kiamat zaman purba, selain merubah kondisi alam termasuk iklim, juga menyebabkan hilangnya peradapan purba Sumatera, hilangnya kerajaan yang penuh kemilauan emas.
 


Demikianlah Artikel SUMATERA PURBA

Sekianlah artikel SUMATERA PURBA kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel SUMATERA PURBA dengan alamat link https://irengpote.blogspot.com/2017/06/sumatera-purba.html

0 Response to "SUMATERA PURBA"

Post a Comment