Judul : Bejo Belajar 'Psikologi Jalanan'
link : Bejo Belajar 'Psikologi Jalanan'
Bejo Belajar 'Psikologi Jalanan'
Bejo berjalan tanpa tujuan yang jelas, dia hanya memikirkan solusi dari masalah ini, sampai akhirnya di suatu tempat bejo bertemu dengan seorang tukang parkir, sebut saja namanya kang jiwo. Kang jiwo ini orangnya agak nyentrik, rambutnya panjang tapi di kuncit model kelabang ala artis gombloh, singkat cerita ada beberapa pembicaraan antara bejo dan kang jiwo yang cukup menarik.
Bejo bertanya "kang menurut sampean yang di sebut takdir itu yang bagaimana?", sambil tersenyum khas dengan giginya yang bogang kang jiwo menjawab "kalau menurut ku jo, takdir itu ada dua macam, yang pertama takdir yang sama sekali kita tidak bisa memilih, contohnya kapan kita lahir, mau dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan, dilahirkan di keluarga miskin atau kaya, semuanya kita tidak dapat memilih", "apa kamu pernah dikasih pilihan tentang hal itu?" kang jiwo balik bertanya, "seingatku ya tidak pernah kang! mau dilahirkan kapan, miskin atau kaya, laki-laki atau wanita, tidak tidak bisa milih" bejo menjawab, kemudian kang jiwo melanjutkan kata-katanya "ya itulah takdir yang pertama, kalau takdir yang kedua adalah takdir yang seolah-olah kita bisa memilih jo!, yang ini contohnya malah lebih banyak jo", "maksudnya apa kang kok seolah-olah bisa memilih", "he..he.." kang jiwo kembali tersenyum "sebenarnya manusia ini hidup didunia hanya sekedar menjalankan seni peran jo, alias kita ini sebenarnya sedang menjadi artis di panggung sandiwara", kang jiwo melanjutkan bicaranya "aku jadi ingat sebuah hadist yang diriwayatkan imam muslim, di situ dijelaskan kurang lebihnya 40 hari setelah ruh di tiupkan dalam bayi yang ada di kandungan, semua jalan hidupnya sudah tertulis lengkap, itu artinya kita hidup ini tinggal menjalani, ya seolah-olah kita di beri kebebasan yang sebenarnya sudah diatur, tapi ini menurut pendapatku loh jo, kalau nggak cocok dengan kamu ya nggak apa-apa anggap saja angin lalu" tutur kang jiwo sambil menyedot rokoknya dalam-dalam.
"Sebenarnya kamu lari dari rumah seperti ini kenapa jo", bejo menjawab "sebenarnya masalahnya sepeleh kang, aku sedang jatuh cinta pada anak seorang teman bapak ku, tapi bapakku agaknya kurang suka", "oalah tentang cinta ta jo, itu biasa jo, mungkin bapak kamu punya pertimbangan lain" kang jiwo menjawab, bicara soal masalahmu jo, aku jadi ingat pernah mambaca buku, kalau tidak salah judulnya mengubah hambatan menjadi peluang",kang jiwo meneruskan tuturnya,"kadang aku malu jo jadi manusia, aku kandang bicara yang terlalu menggebu-nggebu tentang cinta pada Tuhan, padahal aku ini paling ingat Tuhan hanya 10% dari 24 jam hidupku itupun hanya di 5 waktu tertentu, padahal kalau kita ngomong tentang cinta, misalnya kamu jo, kalau sedang jatuh cinta pada seorang gadis, bangun tidur kamu ingat dia, dijalan kamu tetep mikir dia, sampai mau tidur kamu tetep mikirin dia, betul nggak jo?", bejo menjawab "betul juga kang, selama ini saya juga begitu, jarang sekali saya memikirkan tentang nikmat Tuhan yang diberikan ke saya, saya jadi malu kang","he..he.." mereka berdua tersenyum sambil menahan malu, "sementara sampai sini dulu jo!, sementara kamu boleh bermalam dirumahku, aku mau melanjutkan kerja dulu, di lain waktu kita bisa melanjutkan diskusi ini".
Akhinya bejo bermalam di rumah kang jiwo sambil menimba ilmu psikologi jalanan, di lain hari pembicaraan antara kang jiwo dan bejo akan lebih seru dan akan saya ceritakan di posting berikutnya, sementara ini yang bisa saya ceritakan, mohon maaf jika ada kesalahan.
Bersambung......
Demikianlah Artikel Bejo Belajar 'Psikologi Jalanan'
Sekianlah artikel Bejo Belajar 'Psikologi Jalanan' kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Bejo Belajar 'Psikologi Jalanan' dengan alamat link https://irengpote.blogspot.com/2009/09/bejo-belajar-psikologi-jalanan.html
0 Response to "Bejo Belajar 'Psikologi Jalanan'"
Post a Comment