Judul : JAWA PURBA
link : JAWA PURBA
JAWA PURBA
Pulau Jawa sekarang
Jawa sekarang dikenal nama sebuah pulau yang terletak di bagian selatan Nusantara, membentang dari Banten sampai Banyuwangi, yang hingga sekarang memiliki bermacam-macam budaya dan bahasa daerah, setidaknya tersisa 10 bahasa daerah yang masih digunakan hingga sekarang di pulau Jawa ini, yaitu bahasa Sunda, bahasa Betawi, bahasa Badui, bahasa Jawa, bahasa Osing, bahasa Bali, bahasa Madura, bahasa Tengger, bahasa Kangean dan bahasa Banyumasan.
Sejak zaman Jawa purba, daerah Jawa yang masih menyatu dengan Sumatera, Kalimantan, Madura dan Bali, wilayah Jawa memang sudah dikenal sebagai daerah yang heterogen, karena pada masa purba daerah Jawa menjadi jujukan atau tujuan para pelaku spiritiual dari berbagai belahan dunia saat itu, tentang hal ini para pembaca bisa menemukan buktinya pada relief Candi Borobudur di Jawa Tengah.
Nama Jawa pun sudah dikenal sejak tahun 1.515.100 sebelum masehi, terdapat dalam catatan India kuno, dalam kitab Sundarakanda, diceritakan dalam kisah Ramayana, saat itu Shri Rama mencari Dewi Sinta mendapat bantuan dari Hanuman seorang Asura yang berbentuk wanara alias kera, yang kemudian turut membantu mencari letak pastinya kerajaan Alengka, dengan memerintahkan anak buahnya mencari kerajaan Alengka hingga ke daerah Yavadvip (Tanah Jawa).
Di masa setelah masehi kerajaan tertua yang tercatat di tanah Jawa adalah kerajaan Salakanagara, dengan Raja Dewawarman di tahun 125 masehi, beliau bergelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara, kerajaan tersebut terletak di bagian barat tanah Jawa, kerajaan ini berlangsung selama tujuh generasi dengan Raja terakhir adalah Raja Dharmawirya, karena Raja Dharmawirya tidak memiliki anak laki-laki dan anak perempuannya dipersunting oleh Jayasinghawarman seorang Maharesi di Calankanaya dari kerajaan Rajatapura di India, maka praktis dinasti Salakanagara berakhir di gantikan kerajaan baru yang bernama kerajaan Tarumanagara di tahun 358 masehi, kemudian diteruskan oleh putranya yaitu Dharmayawarman, dilanjutkan lagi oleh Purnawarman, di era Raja Purnawarman inilah kerajaan Tarumanagara mencapai zaman keemasannya, kebesaran Tarumanagara tersohor hingga ke dinasti han di cina.
Kerajaan Tarumanagara bertahan cukup lama hingga tahun 669 masehi, dengan Raja terakhir adalah Raja Linggawarman yang merupakan keturunan ke sebelas dari Raja Jayasinghawarman.
Dalam buku ini sengaja penulis hanya membahas sedikit tentang kejayaan Nusantara di era setelah masehi, karena tulisan di buku ini lebih dititik beratkan pada kisah kejayaan Nusantara purba, di buku yang lain penulis akan menceritakan kemegahan Nusantara dari awal tahun masehi hingga puncak kejayaan Majapahit, yang berhasil menguasai seluruh wilayah asia tenggara kecuali kerajaan Sunda, dan penulis akan menulis sedetail mungkin perkembangan kerajaan di Nusantara dari masa ke masa tanpa ada yang di tutup-tutupi seperti sejarah sedang yang beredar sekarang.
Kembali pada bahasan Nusantara di masa purba, dalam bagian ini di khususkan tentang sejarah Jawa purba yang pernah menjadi pusat tempat ritual para Asura dari seluruh penjuru dunia.
Jawa purba sebagai pusat spiritual
Mengapa Jawa purba menjadi pusat spiritual dimasa itu?
Perlu di ketahui, pada zaman itu mestipun didominasi para Asura, namun wilayah Jawa purba adalah wilayah kekuasaan para Dewa, sehingga sebelum tahun 61.558 sebelum masehi, nyaris tidak ada satupun kerajaan Asura yang berdiri ditanah Jawa, kecuali di ujung timur Jawa yaitu kerajaan Bali purba, yang kekuasaannya hingga Banyuwangi (pada saat itu pulau Bali dan pulau Jawa masih menjadi satu), kerajaan Bali purba itupun juga bukan merupakan kerajaan yang berbasis politik kekuasaan, kerajaan Bali purba adalah pemuja Dewa Brahma yang bersemayam di gunung Brahma atau gunung Bromo purba.
Jumlah Piramid terbanyak bukan lah di mesir, seperti yang kita ketahui saat ini, tetapi jumlah terbanyak Piramid berada di pulau Jawa sekarang, gunung Padang hanyalah salah satu Piramid yang baru bisa ditemukan, masih ada sedikitnya empat Piramid besar lagi yang masih selamat dari bencana-bencana purba, namun kondisinya sekarang masih tertimbun tanah, sehingga terlihat seperti hanya sebuah bukit saja, tinggal menunggu waktu yang tepat saja untuk membokar kembali bahwa Nusantara ini khususnya pulau Jawa pernah menjadi pusat peradaban dunia.
Di bagian lain dalam buku ini dijelaskan kenapa dan bagaimana Piramid bisa ada hampir diseluruh penjuru dunia, hal disebabkan tidak lain karena Piramid adalah sebuah tempat ibadah bagi para ras Asura, dan pusat Piramid dengan medan energi terbesar berada di pulau Jawa sekarang, itu pula yang menjadi sebab kenapa wilayah Jawa purba menjadi pusat bagi para pelaku spiritual di zaman itu.
Setidaknya paling sedikit ada lima belas situs Piramid di daerah Jawa dan Sumatera, tetapi situs Piramid terbesar ada di wilayah Jawa, terdapat sembilan situs piramid di wilayah jawa dari pengamatan penulis selain situs Piramid gunung Padang yang sudah di temukan, masih ada empat lagi situs Piramid yang berukuran raksasa di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur yang belum diketahui, yang sekarang masih berbentuk bukit dan gunung, dari kelima Piramid raksasa itu ada empat piramid yang dibangun oleh keturunan Aditya, sedang yang satu Piramid lagi dibangun oleh keturunan Ditya, ciri piramid yang di bangun keturunan Ditya adalah piramid lancip, dalam piramid yang berbentuk lancip ini terdapat sesuatu yang sangat berharga yang selama ini di cari-cari oleh bangsa Israel.
Dari sedikitnya lima belas Piramid yang berada di Jawa dan Sumatera, ada enam situs piramid yang berada di wilayah Sumatera yang satu piramid yang memiliki ukuran raksasa, sedang lima lainnya hanya seukuran dengan piramid Giza di Mesir yang tingginya hanya 132 meter di atas tanah, tetapi dari lima belas piramid yang tersebar di wilayah Jawa dan Sumatera, piramid yang memiliki umur paling tua berada di Sumatera, dan juga merupakan Piramid dengan letak tertinggi di dunia.
Sengaja penulis tidak menulis detail lokasi piramid-piramid yang belum di temukan itu, biarlah menjadi misteri sampai waktunya tiba, dimana Nusantara di pimpin kembali oleh orang yang tepat dan berhak menjadi Raja di Nusantara yang baru.
Kembali pada bahasan Jawa purba, mestipun sekarang ini pulau Jawa bukan merupakan pulau terbesar di wilayah Nusantara, dan hanya menduduki peringkat kelima sebagai pulau terbesar, namun pulau Jawa ini memiliki tingkat kepadatan penduduk nomer satu di Nusantara, hal ini tidak akan menjadi hal yang aneh ketika kita tahu sejarah wilayah Jawa purba yang memang dari dulu menjadi pusat berkumpulnya suku-suku dari seluruh dunia.
Keunikan masyarakat Jawa
Sebagian masyarakat asli Jawa khususnya dan Nusantara pada umumnya yang mempunyai garis keturunan suku Arya, memiliki ciri khusus suku Arya yang melekat hingga abab ke 14 dan bisa jadi hingga sekarang, ciri itu adalah para orang Arya bertarung tanpa perisai yang melekat pada tubuh, yang disebut dengan baju zirah.
Setelah zaman keemasan Asura berakhir, baju Zirah pertama kali dipakai di abad ke 12 sebelum masehi di Timur Tengah Kuno, kerajaan Yuan dan wilayah Asia Utara hingga Asia Tengah, kemudian menular ke India di abad ke 8 sebelum masehi, sedangkan kita ketahui hingga zaman Majapahit, semua prajurit kerajaan tidak memakai baju zirah, apalagi sekelas patih atau panglima perang, mereka malah bertelanjang dada, salah satu contoh patih Gaja Mada.
Kenapa mereka tidak memakai baju zirah? Apa mungkin pada saat itu tidak memiliki teknologi peleburan logam, sehingga tidak bisa membuat baju zirah? Jawabannya bukan karena itu, sebab di zaman Salakanagara saja, Nusantara sudah mampu membuat perhiasan seperti mahkota yang sangat detail bertahtakan permata, sentaja berupa pedang pun sudah di buat, tetapi baju zirah itu di anggap sesuatu yang tidak perlu bagi keturunan suku Arya, karena mereka memiliki perisai yang lebih hebat yang tidak kasat mata, jangankan tertusuk oleh pedang musuh, tergores saja tidak akan mungkin.
Anda bisa mencoba mengamati baik dari relief, patung atau bukti peninggalan lain adakah keterangan tentang perisai atau baju zirah yang di miliki kerajaan-kerajaan di Nusantara hingga di era Majapahit, saya pastikan anda tidak akan dapat menemukan tentang hal itu, sebab memang bangsa Nusantara ini yang merupakan keturunan langsung dari bangsa Arya, sangat pemberani dan tidak memerlukan bentuk pertahanan seperti baju zirah itu, jika anda pernah mendengar kata “ini dadaku mana dadamu” seperti itulah keberanian yang di miliki bangsa Nusantara ini, dan harusnya kita juga memilikinya sekarang.
Contoh baju zirah dari beberapa negara di luar Nusantara
Kemampuan perisai khusus seperti itu hanya dimiliki oleh keturunan murni suku Arya, dan sebagian suku lain yang belajar agar juga memiliki perisai ajaib tersebut, sebagaian besar pasukan keRajaan yang berkelas komandan pasukan pasti memiliki perisai itu, perisai itu sekarang dalam ilmu kanuragan di kenal dengan sebutan lembu sekilan dan ontokusumo, suatu ilmu yang di turunkan atau di ajarkan bagi siapa saja yang mencintai tanah airnya.
Panglima, Raja dan pasukan Nusantara yang gagah berani tanpa baju zirah
Perisai tersebut bukannya tanpa kelemahan, tetap saja tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa kelemahan di muka bumi ini, salah satu kelemahan perisai itu adalah ketika hari lahir si empunya perisai akan memasuki kondisi terlemah, sehingga perisai tersebut tidak dapat berfungsi, itulah sebabnya sebagian besar masyarakat Jawa yang masih memegang kuat tradisi, ketika hari lahir memilih untuk menyepi dan tidak terlibat dalam peperangan.
Jika ada yang bilang pantesan masyarakat Nusantara kalah perang dengan bangsa asing, lah tidak pakai baju zirah yang gampang terbunuh! Yang bilang seperti itu suruh belajar sejarah lagi, tidak ada satupun bangsa lain yang dapat mengalahkan Nusantara dan semua sejarah kekalahan perang bangsa Nusantara ini adalah karena ada oknum bangsa sendiri yang berkhianat, penghianat itu yang paling berbahaya, apa wajar kerajaan sekelas Majapahit yang kekuasaannya hampir se Asia tenggara di kalahkan kerajaan Demak yang luasnya hanya se kabupaten? Pelajari baik-baik agar kesalahan tersebut tidak terulang di masa depan.
Hilangnya Jawa purba
Hilangnya peradaban Jawa purba hampir sama seperti hilangnya peradaban purba yang lain, karena bagian selatan wilayah Jawa adalah jajaran gunung berapi, sebagian besar sejarah Jawa purba hilang tertimbung tanah akibat letusan gunung, dua gunung dengan letusan Dasyat yaitu gunung Batuwara dan gunung Bromo purba turut menyumbang dalam peristiwa hilangnya bukti-bukti sejarah tetang kebesaran peradaban Nusantara purba di Jawa ini, mestipun bangunan-bangunan megah cukup sulit digali atau di temukan, karena bencana itu, tetapi bencana sebesar apapun tidak dapat menghilangkan semangat penduduk Nusantara, dalam hal ini khususnya masyarakat Jawa yang masih memegang teguh tradisi yang adi luhung.
Demikianlah Artikel JAWA PURBA
Sekianlah artikel JAWA PURBA kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel JAWA PURBA dengan alamat link https://irengpote.blogspot.com/2017/06/jawa-purba.html
0 Response to "JAWA PURBA"
Post a Comment